Kata bijak
tertulis di salah satu blog, jika ingin berkecukupan, “Inginkan apa yang engkau
miliki, bukan miliki apa yang engkau inginkan.”
Sesuai dengan kata bijak tersebut, pada Januari
2018 terakhir hari ini, (seharusnya resolusi saya sudah mantap tepat di malam tahun baru
masehi, 1/ walau saya pernah membaca secara random
bahwa kebanyakan orang yang membuat
resolusi gagal memenuhinya, namun saya tidak percaya pada kebanyakan). Maka malam ini,
setelah belajar papan luncur dibawah cahaya bulan yang agak kabur, merah gerhana. Saya
kembali merevisi apa yang sebenarnya baik buat saya, bukan hasrat-apa yang belum saya miliki.
Suatu
pencapaian yang tidak muluk-muluk, tapi butuh tekad untuk menentukan (yang
hingga kini saya masih kebingunan menentukan), memulai hari, dan menjalaninya.
3 Niat saya secara
singkat,
Hidup minimalis : makan,
pakaian, dan gaya hidup yang sederhana (membeli karena butuh).
Hidup sehat : seimbang
pekerjaan dengan aktifitas fisik, tubuh fit, pola makan sehat.
Hidup semangat : Passion tetap bermetabolisme dalam darah,
bertualang.
Akan
sia-sia membangun kastil jika tanah tempat batu pondasi berpijak masih rapuh.
Maka tahun ini saya juluki sebagai tahun mengenal diri sendiri.
Maka tahun ini saya juluki sebagai tahun mengenal diri sendiri.
Pertengahan bulan,
pagi hari di Manado, hujan telah mengguyur
kota dari semalam meninggalkan bau aspal basah, kawasan boulevard sepi di bawah atmosfer dilapisi awan kelabu tebal, ombak
besar dan tinggi menghantam batu hitam penghalang reklamasi, dua wisatawan dari
asia daratan, RRC kupikir bergantian memotret diri di dekat ombak terpecah dan
berhembus.
Saya berusaha
berlari walaupun cuaca tidak bersahabat, lari tanpa banyak pikir. Cuaca kota
Manado begitu tidak bersahabat hampir seminggu dan rekonsiliasi laporan
keuangan semester ini cukup berbelit.
Tempat
berbeda membuat motivasi dan situasi berbeda, lain kota lain cerita. Entah mengapa
setiap kali saya pulang ke rumah, di Mamuju Utara, niat untuk menjalani –pola hidup sehat- buyar oleh pagi yang
begitu dingin.
Lalu, kota
Palu kini membuatku merasa sepi walau kota ini semakin ramai, ia hanya sekedar tempat
singgah padahal banyak cerita lama, dan juga kawan, kawan lama?
----
Ah, malam ini
saya cukup bersyukur ternyata sejalan dengan kehidupan, saya telah melihat dua
kebesaran, bulan menghalangi sinar matahari penuh di pagi hari (gerhana matahari total,
Palu, 19-3-2016), dan malam super blue blood moon (Tolitoli, 31-1-2018).
Comments
Post a Comment