Akhir-akhir ini banyak konser Internasional kembali digelar di
Indonesia, banyak rekan-rekan se-instansi ane yang doyan war tiket,
mulai dari konser 88Rising, Lany hingga The Script. Mungkin ini
efek dari covid-19 selama dua tahun terakhir yang menyebabkan industri hiburan
mati, kini suri.
Saya termasuk orang yang tidak pernah mengeluarkan uang
untuk nonton konser, selain memang pelit, hehe, alasan utamanya, saya
tidak suka desak-desakan apalagi berdiri terlalu lama dikeramaian, ada
kecenderungan Enochlophobia, maklum saya orang desa yang terbiasa dengan
ruang gerak luas a.k.a kesunyian. Bicara tentang musik, saya tidak memiliki
kecenderungan terhadap genre musik tertentu, saya mendengarkan banyak lagu
Daerah, Pop Melayu, Indonesia dan Inggris, akhir-akhir ini spanyol, bahkan
dangdut.
Dipertengahan tahun 2022, saya ingin bepergian lagi kesuatu tempat entah
kemana. Dulunya saya mencari tempat baru untuk solo traveling, tempat yang
belum pernah saya sambangi sebelumnya, namun saya sadar diri tiket domestik
mengalami inflasi yang kini lumayan tidak ramah lagi dikantong.
Seorang teman yang baru saya kenal beberapa bulan lalu membagi
informasi di media sosial seputaran konser Westlife yang akan diadakan
ditiga kota (Jakarta, Surabaya, dan Jogjakarta). Untuk konser di Jogja akan diadakan
diluar ruangan dengan latar belakang candi pramban, wah! Menarik, pikirku - ketika art masa lampau bertemu seni modern masa kini, ah macam benar pula saya ini.
Entah kerasukan apa, saya akhirnya membeli tiket konser Jogja festival A seharga 2,6juta. Coba-coba, katanya semua pasti ada pertama kali, nah ini pengalaman pertama nonton konser, begitu
pembelaanku. Ngomong-ngomong, saya sering mendengar lagu Westlife juga saat
di bangku SMA lho, lagu mereka mengingatkan saya akan masa-masa itu meskipun saya
sendiri tidak hapal siapa saja porsenilnya.
Singkat cerita, karena saya beli tiketnya di awal bulan Juli dan konsernya diawal Oktober, setelah tiga bulan acuh tak acuh berlalu, akhirnya saya memesan tiket pesawat ke Jogja yang harganya lumayan mahal dibanding sebelum periode covid-19, saya tetap sumringah karena akan mendarat di bandara baru Yogyakarta International Airport (YIA) di Kulon Progo untuk pertama kalinya, dari Palu saya transit di Makassar terlebih dulu.
Sekitar pukul 14.00 akhirnya pesawat saya mendarat di
YIA, ternyata posisi bandaranya dekat dengan pantai selatan Jawa dan
dikelilingi oleh persawahan dan pohon kelapa disebuah desa antah berantah.
Bandara luas nan megah ini mempunyai banyak karya seni didalamnya, mewakili
Jogja yang sarat akan nilai seni dan budaya. Moda transportasi yang paling pas untuk ke
kota Jogja adalah dengan menggunakan kereta bandara, selain paling murah paling
cepat, juga bersih dan nyaman, sembari menunggu bagasi saya memesan tiket
kereta api yang hanya seharga 25ribu rupiah menuju stasiun Tugu Jogja. Dari
stasiun Tugu saya keluar, jalan sedikit menuju area yang bisa digunakan untuk
pesan ojek online menuju hostel, ini juga merupakan pengalaman kali pertama
saya menginap di hostel.
Namanya Wonderloft Hostel, terletak di jalan Tirtodipuran.
Jalan ini ternyata terkenal dikalangan backpacker mancanegara. Tak heran ada
beberapa hostel, losmen, dan galeri seni dijalan ini yang dipenuhi oleh turis
mancanegara. Saya memilih kamar mix-dormitory dalam satu kamar terdapat enam
ranjang. Jujur saya merasa deg-degan karena sekamar dengan orang yang tak
dikenal, pertama kalinya lagi! Untungnya ada horden penutup kamar yang memberikan
sedikit privasi, saya bertemu dengan seorang wanita dari Belanda yang baru saja
lulus kuliah, juga solo traveling beberapa bulan di Indonesia. Namanya Joelien
dan malam itu kuajak dia makan malam bersama disalah satu warung di
Tirtodipuran, kami bercerita mengenai Indonesia tentunya, sebab ia ingin
berpetualang disini.
Hal yang saya lakukan keesokan harinya adalah menyewa
sepeda motor untuk berkeliling kota Jogjakarta selama 3 hari kedepan. Saya
mengunjungi Keraton Jogja dan menyaksikan pertunjukan alat musik tradisional
yang diiringi tarian tak lupa makan pentol disekitar areanya. Selanjutnya saya
mengunjungi kawasan Malioboro untuk membeli batik, dari kabar terkini di Instagram, batik menjadi kostum
penonton konser malam nanti karena bertepatan dengan hari batik nasional.
Menjelang sore, kota Jogjakarta diselimuti hujan yang begitu deras, bahkan
beberapa titik mengalami banjir. Aku bimbang, apakah konser akan berjalan
lancar mengingat penonton berada di areal terbuka.
Bimbang selanjutnya yakni apakah saya akan memesan taksi
online atau menggunakan mantel dengan bersepeda motor? saya telah rapi dengan
batik sejam yang lalu namun tak kunjung-kunjung berangkat. Kucoba sekali
memesan taksi online, namun tak tembus, akhirnya kunekatkan segera menorobos
hujan dengan menggunakan mantel sembari menerka jalanan yang benar, ini menjadi
tantangan tersendiri dalam karir solo travelingku, menemukan jalan menuju candi
permintaan roro jongrang yang konon dibangun dalam satu malam ditengah hujan
deras kota Jogja dengan bantuan teknologi google maps, lengkap! Eh ditambah
banjir dibeberapa titik, intensitas hujan ini tidak berkurang, sialnya lagi,
disuatu papasan dengan truk, rempesan air genangan dijalan menyemprot dari
sela-sela mantel, badanku yang harusnya terlindungi seketika basah kuyup dengan
air jalanan.
Dengan perjuangan yang bisa diadu dengan Bandung Bandawasa, akhirnya saya tiba di kompleks candi Prambanan setelah macet-macetan di jalan lurus menuju kota Solo dengan pengendara sepeda motor lainnya, dikarenakan batik yang saya kenakan basah, saya memutuskan untuk melucutinya, mengenakan jaket tanpa sehelai pakaian di dalamnya, daripada masuk angin dan sakit, hehek. Inilah pengalaman konser pertama yang tidak biasa, saya berdiri berdesakan di festival A, menunggu kapan mulainya Westlife berdiri dipanggung,berteriak protes bersama penonton lainnya karena ketidakpastian panitia, Westlife muncul tanpa lighting tambahan, konser ditengah kegelapan, selesai, puas tapi tidak puas, waktunya balik ke Tirtodipuan, segera keramas dan wudhu, sholat Isya dan tidur, berdoa semoga besok tidak demam dan sakit dadakan.
Comments
Post a Comment