Skip to main content

Selamat datang di Manado (Mahasiswa STAN Manado 2014)


Sam Ratulangi Airport
Tidak terasa sudah hampir sebulan saya berada di kota Manado, kota nyiur melambai yang tampil beda dengan kota lainnya di pulau Sulawesi, bahkan di seantero Indonesia. Landasan saya berfatwa, ada pada pengalaman yang telah menyusur setengah "K" pulau sulawesi.


14 September 2014


Manado, kota inilah yang menjadi ibu nasib saya selama setahun. Bukan dari hasil sebuah perencanaan, tapi penempatan yang sudah saya syukuri. Saya lulus di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, titisannya di Balai Diklat keuangan Manado, Sulawesi Utara. Hari ini saya berangkat dari bandara Mutiara SIS Al-Jufrie, kota Palu, diantar langsung kedua orang tua, adik, dan tetangga, kami berangkat dari kota Pasangkayu, perjalanan dua jam melewati kota kecil yang cantik. Pesawat saya berangkat pagi sekitar jam 07.00 transit ke bandara Hasanuddin, Makassar lalu tiba di Sam Ratulangi, Manado sekitar jam 11.30, dan aku tidak tahu harus ke mana-do? Lagi, Hehehe.

Keluar dari bandara jadi rebutan para supir taksi, aku langsung minta pendapat dari ibu Nina, tempat rencana aku nge-kos selama setahun disini. Ketika aku tanya alamat yang dikirimkan bu Nina kepadaku, sopir taksinya pura-pura bego, dan aku juga kurang paham dengan dialek Manado yang dia ucapkan, ditambah aku pengalaman di tipu selama bimbel di Makassar kemarin. Lama berbasa-basi, aku temukan seorang bapak yang memegang tulisan mahasiswa STAN dan aku langsung mendatanginya dan kabur dari sang supir, Alhamdulillah diantar sampai kerumah bu Nina dan langsung disambut hangat oleh kak Ryan Wijaya (mahasiswa berprestasi loh) dan diajak ke masjid Al-Muhajirin, rumah bu nina diapit jalan dan dua gereja yaitu Advent hari ketujuh Masehi dan jemaat Allah.

“Disini toleransi antara agama diakui San, damai pokoknya.”

Sensasi yang terasa pertama kali di Manado adalah sensasi Jawa. Kenapa? Karena kakak STAN (orang pertama yang kuajak ngobrol) mayoritas dari pulau jawa dan menggunakan bahasa jawa dalam kesehariannya.

koe kudu ngerti boso jowo.” Kamu harus mengerti bahasa Jawa, sebab disini (STAN Manado) mayoritas jawa dan menggunakan bahasa jawa, “yang asli manado (anak STAN) aja belajar bahasa Jawa.” Apa? Belajar bahasa jawa di Manado. Ora… ora uno!

Apa yang dikatakan kakak ternyata benar, sehari kemudian aku kumpul dengan lima anak STAN dan mereka nggak pake bahasa manusia, aku tak mengerti sama sekali apa yang mereka katakan, alamak.


PANIKI DUA, MANADO


Idul Adha untuk pertama kalinya di Manado
Alamatku di Manado ada di perumnas Paniki 2, jalan mangga II no. 12, kelurahan Paniki dua, kecamatan Mapanget, kota Manado. Indekos milik Soekarni Pooe (oma Po), disini kebanyakan pemilik perumnas adalah keluarga brimob, pendatang, dan masyarakat Manado asli. Mayoritas beragama Kristen, namun orang islamnya cukup banyak, karena minoritas jadi hubungan kekeluargaan masyarakat islam sangat akrab, tempat yang menyatukan mereka adalah rumah Allah, Masjid Al-Muhajirin jln. Durian raya, dan Masjid Al-Ikhlas di markas brimob. Disini ada dua mall (sekelas alfamart sih, hehehe), yaitu Paniki jaya (PJ) dan Kencana Mart, gereja Exodus menjadi gereja terbesar.


PERBAIKAN GIZI

perbaikan gizi ba'da isya di jln. Durian
Acara perbaikan gizi adalah yasinan atau tahlilan yang diakhiri dengan makan besar. Perbaikan gizi adalah hal yang paling disenangi dan ditunggu-tunggu anak STAN Manado yang  berlangsung setiap seminggu sekali, tergantung di kompleks mana mereka tinggal, untunglah dilingkungan tempatku mangga diadakan seminggu sekali, bahkan bisa dua kali, jadi benar-benar mantap. Malam pertama saat aku datang, aku langsung diajak tuan rumah, Om Awin (bapak kos) untuk yasinan di tetangga dan diakhiri makan makanan asli Manado yang super duper pedas, tapi enak banget dengan es buah sebagai penutupnya.

Disini masyarakat Islam Paniki mempunyai ikatan yang kuat, mereka mengadakan makan besar rutin, dan aslinya orang Manado, baik muslim maupun non muslim sangat ramah dan santun, suka menolong, dan tidak pamrih, mereka nggak suka tipu-tipu, dan senang diajak kenalan (terutama cewe manado, hehehe).


KOS OMA POOE

foto-foto dulu sebelum berangkat DINAMIKA STAN 2014
Kos oma Pooe diisi oleh generasi ketiga, kami yang terdiri dari Aku, Alifian, Weka dari Makassar, Akmal, Rezky, dan Pinan dari Jawa, serta Anggi yang nyasar sendiri dari Padang (untung pas datang dia bawa rendang, dan kemarin dikirimi dendeng lagi dari Padang, enak tenan!). Sebelumnya kos ini diisi oleh kakak-kakak STAN yang dari Jawa (Kak Junet, Ryan, David, Indra, dan Cahyo), mereka mahasiswa terbaik STAN Manado, bahkan terbaik dari seluruh BDK (balai diklat keuangan) di Indonesia.

Kos di Manado lumayan mahal jika dibandingkan dengan Palu dan Makassar, satu kamar 600ribu-1juta, jadi kami harus berbagi kamar dengan teman yang lain, aku sekamar dengan weka. Oh ya, kami juga ketring disini, dua kali makan, pagi dan malam. Jarak dari BDK tidak terlalu jauh.


PUSAT KOTA (PK)


Jarak dari perumnas maupun bandara ke pusat kota cukup ditempuh dengan dua kali naik angkot, angkot Pall 2 dan selanjutnya ke pusat kota (pasar 45) kira-kira 30 menit perjalanan normal. Jika ingin cuci mata, maka jawaban yang paling tepat adalah kota Manado, disetiap jalan dan didalam angkot kamu bisa menemukan dan berdampingan dengan KFC berjalan (wanita cantik dengan rok mini) berkulit kuning lansat, berparas chinese dan rambut lurus terurai, everywhere sih! Udah mainstream. Tapi, jangan kaget kalo baru pertama, mataku aja melotot terus waktu ke pusat kota.

Trend rok mini dan pakaian ketat serta seksi you can see adalah pemandangan umum, dari anak SMA, bahkan pakaian PNS-nya juga sebagian begitu, dari yang tua sampai anak-anak banyak yang menggunakannya, udah biasalah dan lama-lama juga udah nggak risih, biasanya mereka jalan berkelompok.

Pemandangan yang kita lihat dalam perjalanan tentunya gereja, sebab Manado terkenal dengan julukan seribu gereja, namun jangan bigung mau solat dimana jika ke Pusat kota, karena di pusat perbelanjaan seperti IT Center, Boelevard, Megamall, dan Manado Tom Squere menyediakan mushollah bagi muslim.

Tempat wisata yang paling dekat dari kota manado adalah Bunaken pastinya, dan pantai Malalayang, pantai malalayang cukup ditempuh dengan sekali naik angkot dari depan IT Center ke Malalayang, disana bisa snorkling dan menikmati pemandangan pantai yang berkarang dan berbatu, background pulau Manado Tua dan pulau bunaken. Aku udah kesana, tapi ke pulau Bunaken belum, nantilah tunggu moment dan finansial time yang tepat, hahaha, aamiin.

Pantai Malalayang Manado dan pemandangan Manado tua dari pantai ini
NB : Kata kakak senior, kalau bisa, kalian harus kunjungi semua tempat wisata di Manado, mumpung udah di Manado, inilah salah satu keunggulan kalian, sekolah sambil berwisata, asik. :)




Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Solo Traveling : Maumere da gale kota Ende

Maumere da gale kota ende pepin gisong gasong le'le luk ele rebin ha           Sepenggal lirik lagu yang sangat terkenal saat masih kuliah di Manado dulu, lagu yang diputar di acara pesta pernikahan hingga oto-oto mikro (angkutan kota). Lagu ini merajai Indonesia Timur, dari tanah lahirnya Maumere, hingga di ujung utara Sulawesi. Lama kelamaan lagu ini bahkan lebih besar dari kota kelahirannya, dibuat jadi musik tarian dan senam di se-antero Nusantara. Pemandangan gunung Egon dari Laut Flores           Maumere, sebuah kota di Nusa Tenggara Timur. Hanya itu yang kuketahui, perihal kota ini berada di pulau Flores dan menjadi kota terbesar di Flores kutahu belakangan, belakangan pula kuketahui kalau di pulau ini lah kota Ende, Bajawa, Ruteng, Larantuka, dan Labuan Bajo yang terkenal itu berada.           Rencana ke Maumere ini bagaikan serangan jantung, tiba-tiba. Dilatarbelakangi menghadiri pesta pernikahan sahabat sekaligus rekan kerja di Makassar, saya akhirnya meng

Parigi Moutong Underwater : Pengalaman mengambil Lisensi Scuba Diving (Open Water)

  Banyak karya hebat yang dihasilkan dari pengasingan, persembunyian dan kesendirian. Orang-orang yang mendobrak batas ruang dan waktu, berimajinasi dan berpikir menembus batas tembok persembunyian, melawan rasa rindu dan angin kesepian yang berhembus kencang seakan ingin menarik akar idealis lepas dan terbang berputar-putar dihancurkan oleh sebuah tornado realitas hingga menjadi puing-puing tak bermakna. Ketika kutukar kehidupanku di kota yang serba sibuk dengan kehidupan yang relatif renggang dan sepi, pertemanan yang luas dan beragam ditukar dengan komunitas kecil yang bahkan tak kuketahui sifat asli orang-orangnya, pilihan makanan yang dulunya banyak menjadi terbatas. Karena ini adalah sebuah pilihan, maka tidak ada kata mundur dan memposisikan diri ini sebagai si dia yang tertindas , sebaliknya ini adalah saat yang tepat untuk memanfaatkan jeda yang cukup menjadi suatu wadah untuk belajar dengan subjek tak terbatas yang kusebut kemudian sebagai Institut Kehidupan . Institusi y

Kisah 1000 Guru, 31 Peserta, 7.4 Magnitudo, 5 Hari

Berangkat Ke Palu Saya percaya akan ada hari dimana kejadian yang tepat datang di waktu yang tepat, kita biasa menyebutnya kebetulan atau mumpung. Kebetulan sekali, saya mendapat dinas luar di akhir pekan dan setelahnya saya bisa menjadi relawan dalam program Traveling and Teaching #11 1000 Guru Sulawesi Tengah di Palu, kesempatan emas yang tak kurencanakan sebelumnya namun   begitu kunantikan karena beberapa kali ingin ikut namun selalu saja ada halangan. Pesawat ATR menerbangkan penumpang dari Tolitoli menuju kota Palu, Kami tiba sekitar jam 11.00, cuaca Palu siang itu masih sama panas dan menyengatnya, kami memutuskan berjalan kaki menuju pintu gerbang bandara agar bisa menggunakan aplikasi ojek online menuju Palu Kuring untuk makan siang. Kami berpisah disini, Saya menuju ke KPP Pratama Palu dan teman kantor lainnya kembali ke bandara menunggu pesawat ATR berikutnya yang menerbangkan ke Luwuk. KPP Pratama Palu, kantor OJT-ku dua tahun yang lalu sedang dalam proses renovasi