Skip to main content

The Second Trip : Tunan Talawaan, Minahasa Utara, Sulawesi Utara

This journey is simply endless!
 
gemericik Tunan Talawaan (pecah men!)
Halo teman-teman, yang ada di seluruh Indonesia, terkhusus buat traveler of celebes yang ada Makassar, Palu, maupun di Jakarta, Solo, Medan, Mataram, seluruh nusantara pokoknya, yang pengen jalan-jalan ke sulawesi utara, serta salam buat tempat tinggalku yang sangat damai, Mamuju Utara. kali ini adalah liburan keduaku di Sulawesi Utara, bisa buat refrensi jalan-jalan, setelah ke pantai berbatu-batu, Malalayang. bagaimana keseruannya, cekidot!!!

Angkutan yang memuat dua rombongan
Hari ini, kelas Pajak 1-B Sekolah Tinggi Akuntansi Negara sector Manado mengadakan perjalanan ke tempat wisata terdekat, Tunan Talawaan, air terjun di kabupaten Minahasa Utara. Perjalanan ini terdiri dari 18 orang yang dibagi kedalam dua rombongan, termasuk dari kelas lain yang juga ikut nebeng. Ini adalah liburan ke dua di bulan keduaku selama di Manado, jarak air terjun relatif dekat dari Perum paniki dua tempat kami ngekos, 30 menit cukup dengan angkutan umum yang udah di booking, anda bisa menyewa angkot dengan tarif 200ribu udah dengan sopir dan bahan bakarnya. Hanya saja beberapa bagian jalan menuju lokasi wisata perlu di perbaiki, agar angkutan umum dengan mudah dapat memasuki kawasan objek wisata ini.


Jalan menuju Air terjun
Setelah menempuh perjalanan yang memacu adrenalin dan kalenjer lainnya, akhirnya kami, dua rombongan angkot bisa menikmati riak-riak gemurun air terjun dan suasana alam yang hijau bukan buatan, dengan air yang dingin walaupun terlihat keruh karena dasarnya, air-nya cukup membuat beban kuliah terbawa arus sungainya, setelah beberapa jam dan telah puas-puasan, kami lalu melaksanakan sholat dzuhur darurat di alam, dan bertemu dengan komunitas tuna netra Si tou timou tumou tou yang membuka mata batin untuk tetap bersyukur atas kelengkapan indra yang telah diberikan Allah. Disana juga ada sumber mata air yang bisa langsung di minum, segar, dingin, dan pastinya masih steril. Akhir kata, saya undur diri, hehehe.. setelah nunggu angkot buat jemput kami, akhirnya datang juga. 


Air terjun Talawaan cukup recomended buat wisatawan yang pengen ke Manado, atau terkhusus anak STAN titisan BDK Manado yang lagi jenuh dengan tugas kelompok, you can refresh your breok-breok brain in there waterfall, hehehe.
Sang traveler sejati, Siap!

Gate of Tunan Talawaan, Minahasa Utara


sekarang sumber air so dekat, mari jo baga**!!



enjoying in waterfall


are you ready to jump???


Excalibur (Pajak B)


this is makes me thankful to My Lord, Allah (bertemu dengan komunitas tuna netra)


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Solo Traveling : Maumere da gale kota Ende

Maumere da gale kota ende pepin gisong gasong le'le luk ele rebin ha           Sepenggal lirik lagu yang sangat terkenal saat masih kuliah di Manado dulu, lagu yang diputar di acara pesta pernikahan hingga oto-oto mikro (angkutan kota). Lagu ini merajai Indonesia Timur, dari tanah lahirnya Maumere, hingga di ujung utara Sulawesi. Lama kelamaan lagu ini bahkan lebih besar dari kota kelahirannya, dibuat jadi musik tarian dan senam di se-antero Nusantara. Pemandangan gunung Egon dari Laut Flores           Maumere, sebuah kota di Nusa Tenggara Timur. Hanya itu yang kuketahui, perihal kota ini berada di pulau Flores dan menjadi kota terbesar di Flores kutahu belakangan, belakangan pula kuketahui kalau di pulau ini lah kota Ende, Bajawa, Ruteng, Larantuka, dan Labuan Bajo yang terkenal itu berada.           Rencana ke Maumere ini bagaikan serangan jantung, tiba-tiba. Dilatarbelakangi menghadiri pesta pernikahan sahabat sekaligus rekan kerja di Makassar, saya akhirnya meng

Parigi Moutong Underwater : Pengalaman mengambil Lisensi Scuba Diving (Open Water)

  Banyak karya hebat yang dihasilkan dari pengasingan, persembunyian dan kesendirian. Orang-orang yang mendobrak batas ruang dan waktu, berimajinasi dan berpikir menembus batas tembok persembunyian, melawan rasa rindu dan angin kesepian yang berhembus kencang seakan ingin menarik akar idealis lepas dan terbang berputar-putar dihancurkan oleh sebuah tornado realitas hingga menjadi puing-puing tak bermakna. Ketika kutukar kehidupanku di kota yang serba sibuk dengan kehidupan yang relatif renggang dan sepi, pertemanan yang luas dan beragam ditukar dengan komunitas kecil yang bahkan tak kuketahui sifat asli orang-orangnya, pilihan makanan yang dulunya banyak menjadi terbatas. Karena ini adalah sebuah pilihan, maka tidak ada kata mundur dan memposisikan diri ini sebagai si dia yang tertindas , sebaliknya ini adalah saat yang tepat untuk memanfaatkan jeda yang cukup menjadi suatu wadah untuk belajar dengan subjek tak terbatas yang kusebut kemudian sebagai Institut Kehidupan . Institusi y

Kisah 1000 Guru, 31 Peserta, 7.4 Magnitudo, 5 Hari

Berangkat Ke Palu Saya percaya akan ada hari dimana kejadian yang tepat datang di waktu yang tepat, kita biasa menyebutnya kebetulan atau mumpung. Kebetulan sekali, saya mendapat dinas luar di akhir pekan dan setelahnya saya bisa menjadi relawan dalam program Traveling and Teaching #11 1000 Guru Sulawesi Tengah di Palu, kesempatan emas yang tak kurencanakan sebelumnya namun   begitu kunantikan karena beberapa kali ingin ikut namun selalu saja ada halangan. Pesawat ATR menerbangkan penumpang dari Tolitoli menuju kota Palu, Kami tiba sekitar jam 11.00, cuaca Palu siang itu masih sama panas dan menyengatnya, kami memutuskan berjalan kaki menuju pintu gerbang bandara agar bisa menggunakan aplikasi ojek online menuju Palu Kuring untuk makan siang. Kami berpisah disini, Saya menuju ke KPP Pratama Palu dan teman kantor lainnya kembali ke bandara menunggu pesawat ATR berikutnya yang menerbangkan ke Luwuk. KPP Pratama Palu, kantor OJT-ku dua tahun yang lalu sedang dalam proses renovasi